Jumat, 02 Maret 2012

makalah pendekatan skes

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Paradigma pendidikan dan pengajaran telah bergeser dari paradigma lama (teacher-oriented) ke paradigma baru (student-oriented dan integrated) yang dengan sendirinya memerlukan perubahan pola pendekatan pembelajaran, yang pada gilirannya menuntut perubahan - perubahan pada berbagai aspek pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga siswa aktif belajar dan hasil yang dicapai optimal adalah melalui pendekatan SETS (Science, Enviroment, Technology and Society).
Pendekatan SETS (Science, Enviroment, Technology, Society) diperkenalkan pertama kali oleh Achmad Binadja pada tahun 1996. SETS dalam bahasa Indonesia artinya sains, lingkungan, teknologi, masyarakat atau biasa disingkat SALINGTEMAS memiliki makna pengajaran sains (ilmu pengetahuan) yang dikaitkan dengan unsur lingkungan, teknologi,  masyarakat. Pendekatan SETS tidak hanya memperlihatkan masalah lingkungan dengan masyarakat tetapi juga cara melakukan suatu kelestarian lingkungan sementara kepentingan lain (tujuan pembelajaran) terpenuhi.
Kata SETS (Science Environment Technology and Society) yang dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit sains maupun non sains.
Keunggulan pembelajaran dengan pendekatan SETS dibandingkan pendekatan lainnya yaitu pembelajaran dengan pendekatan SETS selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari (bersifat konstektual) dan komprehensif (terintegrasi  antara  keempat  komponen  SETS).
Keprihatinan akan masa depan bumi membawa perhatian sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang untuk lebih peduli menyelamatkan bumi dari kerusakan, polusi, menipisnya ozon, efek rumah kaca, berkurangnya deposit bahan tambang organik, dan banyak hal lain tentang kecemasan terhadap bumi di masa datang. Rumor ‘one earth for all’ seringkali didengungkan dalam lokakarya, semiloka, dan sejenisnya baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Indikasi tersebut diikuti dengan antisipasi penyampaian ‘warta’ yang terjadi dan pencegahan-pencegahan, salah satunya melalui cara pendidikan berwawasan SETS.
Pembelajaran   menggunakan  pendekatan SETS, siswa diminta menghubungkan keempat unsur SETS dengan materi yang dipelajari. Siswa berlatih dengan cara yang bervariasi (mengamati, berdiskusi, bertanya, menjawab, memecahkan masalah). Dengan pembelajaran ini siswa dituntut aktif dan berfikir kritis, sehingga hasil belajar yang ingin dicapai terpenuhi.
Unsur-unsur  dalam  SETS  tidak  dapat  dipisahkan  satu  sama  lain.  Sains sebagai  fokus  perhatian  guru  dan  siswa  dalam  belajar  biologi,  dapat  melihat bentuk  keterkaitan  dari  ilmu  yang  dipelajari  (sains)  dikaitkan  dengan  unsur  lain SETS.  Keterkaitan  antara  unsur  SETS  dengan  sains  sebagi  fokus  perhatian digambarkan sebagai berikut:

society
 
                                                                                           



 
Science

Technology
 
Enviroment
 
                                                                

                                                            
Gambar 1. Keterkaitan unsur SETS yang berfokus pada Science

Seorang guru merupakan fasilitator pendidikan yang harus menguasai berbagai metode pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan. Terdapat berbagai metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran namun perlu disadari bahwa tidak ada satu metode yang dianggap terbaik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing - masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi.
Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain.
Pembelajaran fisika sesungguhnya harus dilengkapi dengan eksperimen ataupun demonstrasi meskipun secara sederhana, hal ini dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan. Selain itu siswa juga memerlukan pelatihan berupa pengerjaan soal ataupun tugas pada materi yang bersangkutan.
Pada makalah ini penyusun mengangkat pendekatan SETS dan mengambil dua metode pembelajaran yaitu: Metode Demonstrasi serta Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi. Pendekatan maupun metode yang diambil dapat diterapkan di dalam pembelajaran Fisika.
B.     Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah membuka wawasan terhadap penggunaan suatu pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, namun secara khusus penulisan makalah bertujuan :
1.      Mengetahui konsep Pendidikan SETS
2.      Mengetahui tujuan dari Pendidikan SETS
3.      Mengetahui keunggulan pembelajaran dengan Pendekatan SETS
4.      Mengenal Metode Demonstrasi
5.      Mengetahui keunggulan dan kelemahan Metode Demonstrasi
6.      Mengetahui langkah-langkah dalam penerapan Metode Demonstrasi
7.      Mengenal Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi
8.      Mengetahui tujuan dari Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
9.      Mengetahui keunggulan dan kelemahan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
10.  Memahami Penerapan Pendekatan SETS, Metode Demonstrasi, Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi dalam Mata Pelajaran Fisika
C.    Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini, maka penulis membatasi lingkup pembahasan dengan merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana konsep Pendidikan SETS?
2.      Apa tujuan dari Pendidikan SETS?
3.      Apa saja keunggulan pembelajaran dengan Pendekatan SETS?
4.      Apa pengertian dari Metode Demonstrasi?
5.      Apa saja keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada Metode Demonstrasi?
6.      Bagaimana langkah-langkah dalam penerapan Metode Demonstrasi?
7.      Apa itu Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi?
8.      Apa tujuan dari Metode Pemberian Tugas dan Resitasi?
9.      Apa saja keunggulan dan kelemahan dari Metode Pemberian Tugas dan Resitasi?
10.  Bagaimana penerapan Pendekatan SETS, Metode Demonstrasi, Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi dalam Mata Pelajaran Fisika?






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendekatan SETS

1)      Konsep Pendidikan SETS

Sejarah membuktikan bahwa kehidupan di masa lalu beserta pendidikan generasi mudanya sama sekali tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Setiap produk yang dihasilkan baik teknologi maupun sumber daya manusianya berlomba-lomba untuk mengeksplorasi kekayaan bumi tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkan di masa yang akan datang. Setelah berbagai masalah dalam kehidupan yang disebabkan oleh kerusakan bumi begitu terasa, barulah sebagian negara, beberapa lembaga swadaya masyarakat dan aktivis pecinta lingkungan hidup bersuara.
Sejak itulah dalam dunia pendidikan mulai diintegrasikan pendidikan berwawasan lingkungan, misalnya Pendidikan bervisi STS (Science Technology Society) berarti pendidikan bervisi Sains Teknologi dan Masyarakat, Pendidikan bervisi EE (Environmental Education) berarti pendidikan lingkungan hidup, pendidikan STL (Sciencetific and Technological Literacy) artinya pendidikan berwawasan Sains dan merujuk Teknologi. Beberapa waktu berlalu belum menampakkan hasil optimal dari pengintegrasian visi-visi tersebut dalam pendidikan. Untuk itulah perlu dikembangkan pendidikan bervisi SETS sebagai satu kesatuan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat yang tidak boleh dipisahkan.
Disadari bahwa ketergantungan terhadap produk alam untuk keperluan kehidupan sehari-hari masih cukup tinggi. Sehingga tingkat kekayaan alam yang relatif  berkurang dibandingkan dengan jumlah manusia yang membutuhkan, semakin memberi dukungan terhadap aplikasi pendidikan bervisi SETS.
Hakekat SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS.  Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
Keberhasilan Pendidikan SETS dengan kedalaman yang memadai sangat relevan untuk memecahkan problem yang melanda kehidupan sehari-hari. Misalnya masalah pencemaran, pengangguran, bencana alam, kerusuhan sosial dan lain-lainnya. Isu-isu tersebut dapat dibawa ke dalam kelas dan dikaji melalui pendidikan SETS untuk dicarikan pemecahannya, paling tidak pencegahannya.
Pendidikan SETS pada hakekatnya akan membimbing peserta didik untuk berpikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah-masalah yang berada di masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antar elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.
Peserta didik dilatih agar mampu berpikir secara global dalam memecahkan masalah lokal, nasional maupun internasional sesuai dengan kadar kemampuan berpikir dan bernalarnya. Peserta didik dibimbing untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat dan berperan aktif untuk turut mencari pemecahannya.
Pendidikan SETS ini dapat mengatasi kelemahan sistem pendidikan klasik dimana peserta didik diajak melaju untuk menyelesaikan materi pelajaran, tanpa diketahui dengan jelas implementasi peserta didik terhadap daya serap materi pelajaran (Apakah materi pelajaran dapat dikuasai keseluruhan atau sebagian, dan kompetensi dasar apa yang sudah dicapai). Sehingga Pendidikan SETS dapat mengantisipasi beberapa hal pokok dalam membekali peserta didik, diantaranya :
a.   Menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahu masalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional.
b.   Mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk menyongsong era globalisasi (AFTA–2003, AFAS–2003, WTO–2010).
c.   Peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengan kelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya masalah pencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasil teknologi dan lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
d.   Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral, baik di dalam maupun di luar kelas.
Pendidikan SETS mencakup topik maupun konsep yang berhubungan dengan sains, teknologi, lingkungan dan berbagai hal yang diperkirakan melanda masyarakat. Obyek-obyek pendidikan yang dipelajari pada akhirnya diharapkan dimengerti dengan baik korelasinya dengan keempat elemen utama SETS.
Pendidikan SETS bukan pendidikan di angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan pendidikan SETS benar-benar membahas sesuatu yang nyata/riil, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Kurang pada tempatnya jika pembahasan SETS hanya sebatas elemen per elemen yang terpisah satu sama lain. Apabila hal itu dilakukan sama artinya dengan memfokuskan pada salah satu unsur dari SETS.
Keempat unsur pada Pendidikan SETS saling berinteraksi dalam membahas suatu konsep pendidikan baik sains maupun non sains. Untuk memenuhi kepentingan peserta didik perlu diciptakan suatu program yang sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik maupun warga masyarakat. Para guru diharapkan lebih berhati-hati dalam pengajarannya jika memasukkan konsep atau topik yang akan dibahas dengan teknik Pendidikan SETS. Topik tersebut harus aktual dan sesuai dengan subyek yang sedang dipelajari dan tentunya tidak bertentangan dengan kurikulum yang dibakukan. Satu hal yang paling penting, Pendidikan SETS harus dapat membawa setiap peserta didik berperan serta dalam kegiatan pembelajaran.
2)      Tujuan Pendidikan SETS
Tujuan Pendidikan SETS adalah untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat. Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat.  Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
Jadi tujuan utama Pendidikan SETS ialah bagaimana membuat agar SETS dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan. SETS sesungguhnya harus mampu menolong setiap negara di dunia untuk mewujudkan kemakmuran bagi semua warga negaranya.
Dalam memberikan pengantar Pendidikan SETS kepada peserta didik, setiap guru harus dapat menciptakan variasi pendekatan atau konsep pembelajaran yang disesuaikan tingkat kemampuan maupun obyektivitas dari pendidikan SETS itu sendiri. Perlu diingat bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang siswa memiliki peluang lebih besar untuk mengalami sesuatu topik masalah secara lebih nyata dibanding dengan gurunya. Apabila hal itu terjadi, para guru hendaknya tidak merasa berkecil hati, justru merasa lebih tertantang dengan kondisi yang ada untuk belajar lebih keras dan mencoba mendahului kemampuan muridnya dengan tujuan positif. Jangan sampai terjadi karena muridnya diketahui lebih cepat dapat mengakses pengetahuan yang ada, seorang guru menjadi tidak suka atau antipati kepada muridnya. Segi baik lainnya adalah setiap murid secara perorangan dapat mengoptimalkan pengetahuan yang dimilikinya untuk bekerja sama dengan temannya dalam proses Pendidikan SETS. Hal ini mengandung arti murid yang bersangkutan telah belajar bagaimana bersosial masyarakat.
3)      Keunggulan Pembelajaran dengan Pendekatan SETS
Menurut Binadja pembelajaran bervisi SETS menawarkan kelebihan yakni membentuk  lulusan yang memiliki kemampuan penalaran serta kekomprehensifan pemikiran ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah untuk dipecahkan. Dengan kebiasaan berpikir bersih, peserta didik  mempunyai kecenderungan mencari alternatif  terbaik pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan SETS guru dan siswa sama-sama memiliki peran yang menentukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan dari awal. Peran Guru; menciptakan pola berpikir yang melihat masa depan dengan berbagai implikasinya;   membawa siswa untuk selalu berpikiran terintegratif; mengajak siswa untuk selalu berpikir   kritis dalam menghadapi sesuatu dengan mengacu SETS; menjadi fasilitator yang mencukupi dalam pembelajaran berwawasan SETS; menjadi acuan arah pencarian informasi bagi siswa dan kolega untuk bidang ilmu yang ditekuninya, memberi tugas-tugas yang  memacu  siswa  untuk  belajar secara menyenangkan di lingkup SETS; membangkitkan minat pencarian ilmu   pengetahuan yang lebih mendalam; memberi rangsangan untuk memecahkan masalah riil sesuai bidang ilmunya dan mengitegrasikan dengan ilmu lain dengan memperhatikan keterkaitan  SETS; memberi rangsangan pada siswa untuk berinovasi, berkreasi, dan berinvesi dengan wawasan SETS; memberikan evaluasi pembelajaran yang juga berwawasan SETS. Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran SETS yakni; berusaha untuk selalu berwawasan SETS dalam  belajar, berpikir, bertindak; berpartisipasi aktif dalam kegiatan berwawasan SETS; berpikir tentang cara memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh melalui jalur SETS; berusaha secara aktif menyumbang kegiatan berwawasan SETS, selalu memiliki pemikiran alternatif produktif berwawasan SETS; mau menerima masukan positif untuk peningkatan kualitas belajar dan  pembinaan karier berkenaan dengan bidang yang dipelajari; memikirkan sendiri tentang karier   yang dapat diciptakan dari pengetahuan berwawasan SETS. Dengan demikian apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh pembelajaran dengan pendekatan SETS akan menjadi menarik dan menyenangkan serta tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai optimal.
B.     Metode Demonstrasi
1)      Pengertian Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian  bahan pelajaran sains dan teknologi, misalnya: bagaimana cara kerja suatu mesin cuci atau apa yang terjadi jika suatu balon berisi air bakar dengan api dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi :
1.      Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di demonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2.      Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
3.      Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4.      Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis tetapi dapat membangkitkan minat siswa.
5.      Guru   harus   dapat   memperagakan   demonstrasi   dengan   sebaik-baiknya,   karen itu   guru   perlu mengulang-ulang  peragaan  di  rumah  dan  memeriksa  semua  alat  yang  akan  dipakai  sebelumnya sehingga sewaktu mendemonstrasikan di depan kelas semuanya berjalan dengan baik.

2)      Keunggulan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Adapun beberapa keunggulan dari Metode Demonstrasi yaitu:
1.   Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati.
2.   Perhatian  anak  didik  akan  lebih  terpusat  pada  apa  yang  didemonstrasikan,  jadi  proses  anak  didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
3.   Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.
4.   Dapat menambah pengalaman anak didik.
5.   Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan.
6.   Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit.
7.   Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung.
Sedangkan kelemahan dari Metode Demonstrasi yaitu:
1.   Memerlukan waktu yang cukup banyak.
2.   Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.
3.   Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya.
4.   Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.
5.   Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
3)   Langkah-Langkah dalam Penerapan Metode Demonstrasi
a.   Perencanaan
Dalam proses perencanaan hal-hal yang dilakukan adalah :
1.   Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.
2.   Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.
3.   Memperhitungkan waktu yang di butuhkan.
4.   Selama demonstrasi berlangsung guru harus intropeksi diri apakah :
        Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
        Apakah semua media yang di gunakan telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
        Siswa membuat catatan-catatan yang dianggap perlu
5.      Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b.   Pelaksanaan
Hal-hal yang dilakukan dalam proses pelaksanaan adalah :
1.      Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2.      Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3.      Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4.      Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6.      Menghindari ketegangan
7.      Evaluasi:  dapat  berupa  pemberian  tugas,  seperti  membuat  laporan,  menjawab  pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.

C.    Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1)      Karakteristik Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode ini mengandung tiga unsur yakni:
1.      Pemberian tugas.
2.      Belajar.
3.      Resitasi.
Tugas, merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dari pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru membebankan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut.
Resitasi sering disamakan dengan "home work" (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratorium, atau ditempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas daripada home-work. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan ialah:
1.      Mempunyai unsur tugas.
2.      Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya.
3.      Mempunyai unsur didaktis pedagogis.
Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga bermaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler, maupun ekstra kurikuler.

2)      Tujuan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan:
1.      Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima
2.      Melatih siswa ke arah belajar mandiri
3.      Siswa dapat membagi waktu secara teratur
4.      Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas
5.      Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas
6.      Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas

3)      Keunggulan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Keunggulan dari Metode Pemberian Tugas dan Resitasi yaitu:
1.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak
2.      Memupuk rasa tanggung jawab
3.      Memperkuat motivasi belajar
4.      Menjalin hubungan antara sekolah dengan keluarga
5.      Mengembangkan keberanian berinisiatif
Kelemahan dari Metode Pemberian Tugas dan Resitasi yaitu:
1.      Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua
2.      Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain
3.      Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman
4.      Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur
5.      Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas


D.    Penerapan Pendekatan SETS, Metode Demonstrasi, Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi dalam Mata Pelajaran Fisika
Pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA di Indonesia. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari  fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses  dan sikap ilmiah.  Ketika  belajar Fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum- hukum  fisika. Siswa juga  akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok bahasan dalam Fisika. Hal yang juga dikembangkan selama berlangsungnya proses belajar mengajar Fisika  adalah  sikap  ilmiah seperti  jujur, obyektif, rasional, skeptis, kritis, dan sebagainya.
Pada kenyataannya siswa kurang menyukai Pelajaran Fisika. Hal ini dapat  berdampak  pula  pada  sikap  siswa  terhadap  guru  fisikanya. Tidak  sedikit  guru  fisika  yang  kurang  mendapat  simpati  dari  para  muridnya  karena  ketidakberhasilan siswa  dalam  belajar  fisika.  Nilai  yang  buruk  dalam  tes  formatif dan  sumatif fisika  menempatkan guru sebagai  penyebab  kegagalan  di  mata  siswa  dan  orang  tua.  Sikap  siswa  akan  sangat  berbeda  pada  guru kesenian atau olah raga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa.
Untuk itu, guru perlu menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang efektif, yaitu menyenangkan  dan  bermakna,  sehingga  ketidaksukaan  siswa  pada  Mata  Pelajaran  Fisika dapat  direduksi  perlahan-lahan.  Salah  satu  pendekatan dan metode  yang  diangkat  dalam  makalah  ini  adalah  pendekatan SETS, metode demonstrasi serta metode pemberian tugas dan resitasi, yang  akan  diterapkan  pada  pembelajaran  di  kelas  X IPA SMA untuk  mata  pelajaran yang  membahas  materi Gelombang Elektromagnetik.
Dari berbagai macam metode mengajar yang ada, perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai  karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Keberhasilan pendekatan dan metode ini akan diukur melalui respon atau tanggapan siswa setelah metode ini diterapkan. Juga akan dianalisis bagaimana keunggulan dan kelemahan metode ini ketika diterapkan sehingga pendekatan dan metode ini akan semakin baik ketika diterapkan kembali meskipun untuk pokok bahasan yang lain.
1)      Pendekatan SETS
Tujuan Pendidikan SETS adalah untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat. Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
Pada salah satu materi Pelajaran Fisika yaitu gelombang, pendekatan SETS dapat diterapkan. Guru diharapkan memulai pembelajaran dengan membangun konstruksi awal siswa terhadap pokok bahasan. Guru diharapkan memulai pembelajaran dengan memberikan contoh nyata penerapan materi gelombang dalam kehidupan sehari-hari, tidak dengan langsung masuk kepada materi pelajaran. Setelah materi dijelaskan kepada siswa, guru dapat menyampaikan manfaat materi gelombang tersebut yang berkaitan dengan teknolgi, lingkungan serta masyarakat. Tidak lupa pula dijelaskan sisi positif maupun negatif yang dapat timbul akibat gelombang tersebut. Diharapkan siswa dapat membangun secara utuh konstruksi ilmu pengetahuan mereka tentang gelombang.
Contohnya dalam pembelajaran yaitu guru dapat menyampaikan aplikasi gelombang pada kehidupan sehari-hari antara lain sinar X dan gelombang radio TV. Seperti yang telah diketahui, sinar X digunakan untuk rontgen. Sinar X bermanfaat untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh manusia, akan tetapi sinar X juga berbahaya apabila terpapar secara terus-menerus. Hal inilah yang dimaksudkan dalam pendekatan SETS. Guru diharapkan mampu menyampaikan materi gelombang dan implikasinya dalam kehidupan dengan mengaitkan ilmu tersebut dalam berbagai bidang seperti dari sisi teknologi, lingkungan dan masyarakat. Begitu juga halnya dengan implikasi gelombang radio dan TV. Guru hendaknya mampu memberi motivasi pada siswa untuk memanfaatkan gelombang untuk kegiatan yang lebih positif.
2)      Metode demostrasi
Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru, orang luar, manusia sumber yang sengaja diminta atau siswa menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana cara membuat peta timbul, bagaimana cara menggunakan kamera dengan hasil yang baik, dan sebagainya.
Di dalam proses pembelajaran, metode demonstrasi dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Fisika, sebagai salah satu pelajaran yang berhubungan langsung dengan alam, dapat disampaikan dengan metode demosntrasi, di mana banyak benda-benda sederhana yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk demosntrasi.
Metode  pembelajaran  demonstrasi  ini  dapat  diterapkan  untuk  mata  pelajaran Fisika kelas X Fisika yaitu pada  materi  pelajaran  Gelombang  Elektromagnetik. Untuk keperluan ini, maka alat yang diperlukan adalah jump rope (tali skipping) dan sejenis alat mainan anak-anak.
Langkah-langkah demonstrasi yang dilakukan adalah :
1.      Guru mempersiapkan alat dan bahan yang berkaitan dengan materi yaitu tali skipping dan mainan anak-anak berupa gulungan.
2.      Guru memanggil salah satu siswa untuk membantu demonstrasi di depan kelas.
3.      Guru dan siswa memperagakan jenis-jenis gelombang dengan mempergunakan alat yang tersedia.
4.      Ketika peragaan berlangsung maka guru dapat sekaligus meerangkan materi.
Hasil yang diamati setelah melakukan demonstrasi ini yaitu selama proses berlangsung siswa aktif dalam menyimak dan setelah demostrasi diharapkan siswa mengerti terhadap materi yang dijelaskan. Guru dapat melakukan evaluasi berupa tanya jawab kepada beberapa siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang didemonstrasikan.
3)      Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru membebankan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut.
Pemberian tugas dan resitasi oleh guru dapat dilakukan sebelum atau sesudah materi dijelaskan. Pemberian tugas dan resitasi harus memperhatikan beberapa aspek yaitu jangka waktu pengerjaan tugas, tingkat kesulitan pengerjaan dan hubungannya dengan materi yang bersangkutan. Berikut ini merupakan contoh pemberian tugas dan resitasi pada materi Gelombang elektromagnetik:
Carilah informasi dalam buku referensi, eksiklopedia, atau internet tentang salah satu alat yang menggunakan prinsip gelombang elektromagnetik. Dari informasi yang berhasil Anda kumpulkan tersebut, buatlah tulisan dengan judul “Aplikasi Alat Berprinsip Gelombang Elektromagnetik” secara berkelompok. Tulisan Anda akan dipresentasikan di depan kelas!”
Setelah pemberian tugas maka guru dapat menilai pemahaman siswa terhadap kegunaan prinsip elektromagnetik. Pemahaman siswa dapat dilihat dari isi tulisan dan penyampaian.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah ini antara lain adalah :
1.      Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
2.      Wawasan SETS (Science, Environment, Technology, Society) yang diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran Fisika diyakini dapat dapat membawa sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya guna meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa harus membahayakan lingkungannya.
3.      Metode  Demonstrasi  ialah  metode  mengajar  dengan  menggunakan  peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa. Dalam prakteknya demonstrasi dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.  Metode  Demonstrasi  cukup  baik  apabila  digunakan  dalam  penyampaian  bahan  pelajaran  sains dan teknologi salah satunya pelajaran fisika.
4.      Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Resitasi adalah melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari.





DAFTAR PUSTAKA
Binadja. 2002. Program Studi Pendidikan IPA (bervisi SETS) Pemikiran dalam SETS (Science, Enviroment, Technology, Society). Semarang: PPS Unnes Press.
http://deceng.wordpress.com/2007/11/21/pelajaran-sains-di-sekolah-2/
Irawati. 2003. Menerapkan pendekatan “SETS” (Science, Enviroment, Technology, Society) Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar Biologi Kajian Kelangsungan Hidup Organisme (Skripsi). Semarang: Unnes.

Nurfitria L. 2006. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Konsep Lingkungan Melalui Pendekatan SETS Dengan Model PBI di SMA 1 Masehi Semarang (Skripsi). Semarang: Unnes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar