Senin, 09 April 2012

Makalah pendekatan SETS

BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga siswa aktif belajar dan hasil yang dicapai optimal adalah melalui pendekatan SETS (Science, Enviroment, Technology and Society). SETS bila  diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan memiliki kepanjangan Sains Lingkungan,  Teknologi dan Masyarakat dan ada  pula yang Menyingkat dengan SALINGTEMAS.
Keunggulan pembelajaran dengan pendekatan SETS dibandingkan pendekatan lainnya adalah karena pembelajaran dengan pendekatan SETS selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang sering dijumpai  dalam  kehidupan  sehari-hari  (bersifat  konstektual) dan komprehensif (terintegrasi   antara   ke   empat   komponen   SETS).
Kata SETS (Science Environment Technology and Society) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit sains maupun non sains.
Keprihatinan akan masa depan bumi membawa perhatian sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang untuk lebih peduli menyelamatkan bumi dari kerusakan, polusi, menipisnya ozon, efek rumah kaca, berkurangnya deposit bahan tambang organik, dan banyak hal lain tentang kecemasan terhadap bumi di masa datang. Rumor ‘one earth for all’ seringkali didengungkan dalam lokakarya, semiloka, dan sejenisnya baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Indikasi tersebut diikuti dengan antisipasi penyampaian ‘warta’ yang terjadi dan pencegahan-pencegahan, salah satunya melalui cara pendidikan berwawasan SETS.
Pendekatan SETS (Science, Enviroment, Technology, Society) diperkenalkan pertama kali oleh Achmad Binadja pada tahun 1996. SETS dalam bahasa  Indonesia  artinya  sains,  lingkungan,  teknologi,  masyarakat  atau  biasa disingkat SALINGTEMAS memiliki makna pengajaran sains (ilmu pengetahuan) yang  dikaitkan  dengan  unsur  lingkungan,  teknologi,  masyarakat.  Pendekatan SETS tidak hanya memperlihatkan masalah lingkungan dengan masyarakat tetapi juga  cara  melakukan  suatu  kelestarian  lingkungan  sementara  kepentingan  lain (tujuan pembelajaran) terpenuhi.
Pembelajaran     menggunakan  pendekatan SETS, siswa diminta menghubungkan  keempat  unsur  SETS  dengan  materi  yang  dipelajari.  Siswa berlatih dengan cara yang bervariasi (mengamati, berdiskusi, bertanya, menjawab, memecahkan masalah). Dengan pembelajaran ini siswa dituntut aktif dan berfikir kritis, sehingga hasil belajar yang ingin dicapai terpenuhi.
Unsur-unsur  dalam  SETS  tidak  dapat  dipisahkan  satu  sama  lain.  Sains sebagai  fokus  perhatian  guru  dan  siswa  dalam  belajar  biologi,  dapat  melihat bentuk  keterkaitan  dari  ilmu  yang  dipelajari  (sains)  dikaitkan  dengan  unsur  lain SETS.  Keterkaitan  antara  unsur  SETS  dengan  sains  sebagi  fokus  perhatian digambarkan sebagai berikut:

society
                                                                                           



Science

Technology
Enviroment
                                                                

                                                            
Gambar 1. Keterkaitan unsur SETS yang berfokus pada Science

Seorang guru merupakan fasilitator pendidikan yang harus menguasai berbagai metode pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan. Terdapat berbagai metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran namun perlu disadari bahwa tidak ada satu metode yang dianggap terbaik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi.
Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain.
Pembelajaran fisika sesungguhnya harus dilengkapi dengan eksperimen ataupun demonstrasi meskipun secara sederhana, hal ini dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan. Selain itu siswa juga memerlukan pelatihan berupa pengerjaan soal ataupun tugas pada materi yang bersangkutan.
Pada makalah ini penyusun mengangkat pendekatan SETS dan mengambil dua metode pembelajaran yaitu: metode demonstrasi dan eksperimen serta metode pemberian tugas belajar dan resitasi. Pendekatan maupun metode yang diambil dapat diterapkan di dalam pembelajaran fisika.   
















BAB II
PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY)

A. Konsep Pendidikan SETS

Sejarah membuktikan bahwa kehidupan di masa lalu beserta pendidikan generasi mudanya sama sekali tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Setiap produk yang dihasilkan baik teknologi maupun sumber daya manusianya berlomba-lomba untuk mengeksplorasi kekayaan bumi tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkan di masa yang akan datang. Setelah berbagai masalah dalam kehidupan yang disebabkan oleh kerusakan bumi begitu terasa, barulah sebagian negara, beberapa lembaga swadaya masyarakat dan aktivis pecinta lingkungan hidup bersuara.
Sejak itulah dalam dunia pendidikan mulai diintegrasikan pendidikan berwawasan lingkungan, misalnya Pendidikan bervisi STS (Science Technology Society) berarti pendidikan bervisi Sains Teknologi dan Masyarakat, Pendidikan bervisi EE (Environmental Education) berarti pendidikan lingkungan hidup, pendidikan STL (Sciencetific and Technological Literacy) artinya pendidikan berwawasan Sains dan merujuk Teknologi. Beberapa waktu berlalu belum menampakkan hasil optimal dari pengintegrasian visi-visi tersebut dalam pendidikan. Untuk itulah perlu dikembangkan pendidikan bervisi SETS sebagai satu kesatuan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat yang tidak boleh dipisahkan.
Disadari bahwa ketergantungan terhadap produk alam untuk keperluan kehidupan sehari-hari masih cukup tinggi. Sehingga tingkat kekayaan alam yang relatif berkurang dibandingkan dengan jumlah manusia yang membutuhkan, semakin memberi dukungan terhadap aplikasi pendidikan bervisi SETS.
Hakekat SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
Keberhasilan Pendidikan SETS dengan kedalaman yang memadai sangat relevan untuk memecahkan problem yang melanda kehidupan sehari-hari. Misalnya masalah pencemaran, pengangguran, bencana alam, kerusuhan sosial dan lain-lainnya. Isu-isu tersebut dapat dibawa ke dalam kelas dan dikaji melalui pendidikan SETS untuk dicarikan pemecahannya, paling tidak pencegahannya.
Pendidikan SETS pada hakekatnya akan membimbing peserta didik untuk berpikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah-masalah yang berada di masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antar elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.
Peserta didik dilatih agar mampu berpikir secara global dalam memecahkan masalah lokal, nasional maupun internasional sesuai dengan kadar kemampuan berpikir dan bernalarnya. Peserta didik dibimbing untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat dan berperan aktif untuk turut mencari pemecahannya.
Pendidikan SETS ini dapat mengatasi kelemahan sistem pendidikan klasik dimana peserta didik diajak melaju untuk menyelesaikan materi pelajaran, tanpa diketahui dengan jelas implementasi peserta didik terhadap daya serap materi pelajaran (Apakah materi pelajaran dapat dikuasai keseluruhan atau sebagian, dan kompetensi dasar apa yang sudah dicapai). Sehingga Pendidikan SETS dapat mengantisipasi beberapa hal pokok dalam membekali peserta didik, diantaranya :
a. Menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahu masalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional.
b. Mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk menyongsong era globalisasi (AFTA–2003, AFAS–2003, WTO–2010).
c. Peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengan kelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya masalah pencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasil teknologi dan lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
d. Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral, baik di dalam maupun di luar kelas.
Pendidikan SETS mencakup topik maupun konsep yang berhubungan dengan sains, teknologi, lingkungan dan berbagai hal yang diperkirakan melanda masyarakat. Obyek-obyek pendidikan yang dipelajari pada akhirnya diharapkan dimengerti dengan baik korelasinya dengan keempat elemen utama SETS.
Pendidikan SETS bukan pendidikan di angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan pendidikan SETS benar-benar membahas sesuatu yang nyata / riil, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Kurang pada tempatnya jika pembahasan SETS hanya sebatas elemen per elemen yang terpisah satu sama lain. Apabila hal itu dilakukan sama artinya dengan memfokuskan pada salah satu unsur dari SETS.
Keempat unsur pada Pendidikan SETS saling berinteraksi dalam membahas suatu konsep pendidikan baik sains maupun non sains. Untuk memenuhi kepentingan peserta didik perlu diciptakan suatu program yang sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik maupun warga masyarakat. Para guru diharapkan lebih berhati-hati dalam pengajarannya jika memasukkan konsep atau topik yang akan dibahas dengan teknik Pendidikan SETS. Topik tersebut harus aktual dan sesuai dengan subyek yang sedang dipelajari dan tentunya tidak bertentangan dengan kurikulum yang dibakukan. Satu hal yang paling penting, Pendidikan SETS harus dapat membawa setiap peserta didik berperan serta dalam kegiatan pembelajaran.

B. Tujuan Pendidikan SETS
Tujuan Pendidikan SETS adalah untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat. Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
Jadi tujuan utama Pendidikan SETS ialah bagaimana membuat agar SETS dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan. SETS sesungguhnya harus mampu menolong setiap negara di dunia untuk mewujudkan kemakmuran bagi semua warga negaranya.
Dalam memberikan pengantar Pendidikan SETS kepada peserta didik, setiap guru harus dapat menciptakan variasi pendekatan atau konsep pembelajaran yang disesuaikan tingkat kemampuan maupun obyektivitas dari pendidikan SETS itu sendiri. Perlu diingat bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang siswa memiliki peluang lebih besar untuk mengalami sesuatu topik masalah secara lebih nyata dibanding dengan gurunya. Apabila hal itu terjadi, para guru hendaknya tidak merasa berkecil hati, justru merasa lebih tertantang dengan kondisi yang ada untuk belajar lebih keras dan mencoba mendahului kemampuan muridnya dengan tujuan positif. Jangan sampai terjadi karena muridnya diketahui lebih cepat dapat mengakses pengetahuan yang ada, seorang guru menjadi tidak suka atau antipati kepada muridnya. Segi baik lainnya adalah setiap murid secara perorangan dapat mengoptimalkan pengetahuan yang dimilikinya untuk bekerja sama dengan temannya dalam proses Pendidikan SETS. Hal ini mengandung arti murid yang bersangkutan telah belajar bagaimana bersosial masyarakat.
Bentuk korelasi hubungan timbal balik antara unsur-unsur SETS digambarkan sebagai berikut : (yang menjadi fokus perhatian adalah lingkungan).

C. Keunggulan Pembelajaran dengan Pendekatan SETS
Menurut  Binadja pembelajaran  bervisi  SETS  menawarkan kelebihan  yakni  membentuk  lulusan  yang  memiliki  kemampuan  penalaran  serta kekomprehensifan pemikiran ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah untuk dipecahkan. Dengan   kebiasaan berpikir bersih, peserta   didik   mempunyai kecenderungan mencari   alternatif   terbaik   pemecahan   masalah.
Dalam  pembelajaran  dengan  menggunakan  SETS  guru  dan  siswa  sama- sama  memiliki  peran  yang  menentukan  dalam  pencapaian  tujuan  pembelajaran yang ditetapkan dari awal. Peran Guru; menciptakan pola berpikir yang melihat masa   depan   dengan   berbagai   implikasinya;   membawa   siswa   untuk   selalu berpikiran   terintegratif;   mengajak   siswa   untuk   selalu   berpikir   kritis   dalam menghadapi sesuatu dengan mengacu SETS; menjadi fasilitator yang mencukupi dalam pembelajaran berwawasan SETS; menjadi acuan arah pencarian informasi bagi siswa dan kolega untuk bidang ilmu yang ditekuninya, memberi tugas-tugas yang  memacu  siswa  untuk  belajar  secara  menyenangkan  di  lingkup  SETS; membangkitkan   minat   pencarian   ilmu   pengetahuan   yang   lebih   mendalam; memberi rangsangan untuk memecahkan masalah riil sesuai bidang ilmunya dan mengitegrasikan  dengan  ilmu  lain  dengan  memperhatikan  keterkaitan  SETS; memberi rangsangan pada siswa untuk berinovasi, berkreasi, dan berinvesi dengan wawasan   SETS;   memberikan   evaluasi   pembelajaran   yang   juga   berwawasan SETS. Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran SETS yakni; berusaha untuk selalu  berwawasan  SETS  dalam  belajar,  berpikir,  bertindak;  berpartisipasi  aktif dalam kegiatan berwawasan SETS; berpikir tentang cara            memanfaatkan pengetahuan yang       diperoleh melalui  jalur SETS; berusaha secara aktif menyumbang  kegiatan  berwawasan  SETS,  selalu  memiliki  pemikiran  alternatif produktif berwawasan SETS; mau menerima masukan positif untuk peningkatan kualitas  belajar  dan  pembinaan  karier berkenaan dengan bidang yang dipelajari; memikirkan   sendiri   tentang   karier   yang   dapat   diciptakan   dari   pengetahuan berwawasan SETS. Dengan demikian apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh pembelajaran dengan pendekatan SETS akan menjadi menarik dan menyenangkan serta tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai optimal.

D. Teknologi, Lingkungan, Sains, Masyarakat
Berarti sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat saling terkait dalam hubungan dua arah antara sains dengan lingkungan, teknologi, masyarakat. Antara lingkungan dengan sains, teknologi, masyarakat. Antara teknologi dengan sains, lingkungan, masyarakat. Antara masyarakat dengan sains, lingkungan, teknologi. Hubungan kesalingterkaitan dua arah antara elemen-elemen SETS menunjukkan interaksi positif maupun negatif yang menjadi dampak yang tumbuh dari perkembangan tiap-tiap elemen SETS.
Pendidikan SETS harus dapat membuat peserta didik memahami hakekat dari ‘Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat’ sebagai satu kesatuan. Maksudnya peserta didik harus selalu memperhitungkan saling keterkaitan antara elemen-elemen dalam SETS. Pendidikan SETS tidak hanya memperhatikan sains, teknologi, masyarakat tetapi juga dampak positif / negatif yang diakibatkan oleh sains dan teknologi yang dipakai oleh masyarakat pada lingkungan dan masyarakat itu sendiri.
Unsur-unsur yang dimiliki dalam Pendidikan lingkungan (EE – Environmental Education) dan Pendidikan STS (Science Technology Society) tidak selengkap Pendidikan SETS. Fokus Pendidikan SETS meliputi belajar di (in), untuk (for), tentang (about) lingkungan, dengan mencoba menemukan dan mengungkap penyebab permasalahan serta kemungkinan apa yang menimbulkan dampak pada lingkungan di masa yang akan datang. Terutama sekali dampak-dampak yang timbul akibat sains dan teknologi yang digunakan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat.
Peserta didik memahami setiap elemen dalam SETS semuanya menyatu, dan mengaplikasikan dalam proses berpikirnya dengan meninjau keterlibatan keempat elemen tersebut dari sisi positif maupun negatif. Pendidikan SETS bermaksud membawa peserta didik untuk mengkorelasikan antara sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat. Contohnya, produk-produk teknologi yang mendukung sains. Dampak positif maupun negatif teknologi, sains terhadap masyarakat atau lingkungan. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sains dan penciptaan teknologi serta perlakuannya terhadap lingkungan. kemampuan lingkungan dalam penyediaan kebutuhan masyarakat, penciptaan teknologi dan pengembangan sains. Hal-hal itulah yang dimaksudkan dalam Pendidikan SETS. Terhadap peserta didik, tentunya sebatas pada kemampuan kognitif, penalaran dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Sehingga dalam pendidikan SETS, peserta didik benar-benar learning to knowlearning to dolearning to belearning to live together.
Berdasarkan pemikiran Pendidikan SETS kita dapat membangun generasi muda yang melihat ke depan (futuristik) ke arah peningkatan kualitas hidup setiap anggota masyarakat. Yang perlu diperhatikan dalam membelajarkan SETS untuk major sains seperti Fisika di Sekolah Menengah adalah sebagai berikut.
a.       Topik yang dipilih hendaknya memunculkan sains yang telah dikenal dalam kurikulum, dan dititikberatkan pada keterkaitan hubungan dengan teknologi, lingkungan maupun masyarakat.
b.      Hendaknya diberikan materi pengajaran yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang keberadaan sains, teknologi, lingkungan, masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah.
c.       Pemilihan materi pengajaran hendaklah yang dapat membawa peserta didik ke arah ‘melek’ sains dan teknologi beserta penerapannya dan berbagai dampaknya positif atau negatif terhadap lingkungan, masyarakat, serta pada teknologi itu sendiri sehingga dapat lebih menumbuhkan kepedulian peserta didik dan tanggung jawab mereka pada pemecahan masalah lingkungan dan masyarakat.
d.      Pembuatan bahan evaluasi hendaknya menerapkan sains, teknologi, masyarakat, lingkungan yang relevan.

Mempelajari alam dan sekitarnya adalah suatu hal yang relatif mudah. Karena keberadaan alam ini adalah sesuatu yang konkrit . Kita dapat mengindera apa saja yang ada di sekitar kita, diamati, dipelajari kemudian dapat digunakan untuk kemanfaatan umat seluruhnya. Kejadian alam dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan diri manusia. Kejadian yang ada berlangsung terkait dan berkesinambungan. Suatu sistem yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya sistem yang lain. Dari setiap kejadian alam yang ada, dapat memunculkan pertanyaan – pertanyaan sebagai suatu permasalahan yang pada akhirnya dapat bermanfaat bagi manusia setelah mengalami verifikasi dan pengamatan. Oleh karena itu Pembelajaran Fisika memerlukan keterlibatan aktif para siswa.
Dari uraian di atas, maka pembelajaran tentang alam harus dapat disajikan sebagai suatu proses penemuan dan terkait dengan pengalaman peserta didik, sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat lama, dapat diingat, dan mampu meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir bebas. Menurut Bruner, belajar meliputi 3 proses kognitif yaitu : memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Masih menurut Bruner belajar merupakan konseptualisme instrumental yang didasarkan pada 2 prinsip, yaitu : pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Menurut Rosser pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi, yaitu :
Pertama, bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan para pengamat teori perilaku, Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Kedua, bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya (suatu model alam = model of the world).
Konsep Belajar Bruner dikenal sebagai belajar penemuan (discovery learning), dengan penjelasan sebagai berikut :
-     Siswa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
-     Siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka memperoleh konsep baru.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya.
Rendahnya hasil belajar mata pelajaran Fisika yang terukur pada nilai rata-rata ulangan umum maupun pada raport dibandingkan dengan mata pelajaran eksak lainnya seperti Biologi atau Kimia membawa keprihatinan para pendidik khususnya guru-guru Fisika. Selain itu minat yang rendah dari para siswa dalam mempelajari konsep-konsep Fisika dapat dilihat dari adanya anggapan umum siswa bahwa Fisika adalah mata pelajaran yang sarat dengan rumus, perhitungan, pemikiran, dan abstrak sehingga membosankan. Dengan kondisi pembelajaran Fisika seperti itu dan tidak adanya motivasi yang mendukung semangat belajar siswa menyebabkan ketuntasan pembelajaran relatif rendah. Selain itu hasil belajar Fisika tidak tercermin pada sikap dan perilaku siswa dalam kesehariannya. Siswa kurang memiliki cara pandang dan rasa peduli terhadap dampak positif maupun negatif dari ilmu Fisika yang memproduksi teknologi bagi masyarakat serta pengaruhnya terhadap lingkungan.
Dalam proses pembelajaran ilmu Fisika keaktifan siswa merupakan inti dari pola belajar dengan pendekatan konstruktivis, hal itu dapat tercermin dari aktifnya para siswa membaca sendiri, mengaitkan konsep-konsep baru dengan berdiskusi dan menggunakan istilah, konsep dan prinsip yang baru mereka pelajari diantara mereka. Dalam pendekatan konstruktivis siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan “apa yang diketahui siswa”. Sedangkan guru berperan sebagai narasumber yang bijak dan berpengetahuan serta berfungsi sebagai sutradara yang mengendalikan proses pembelajaran dan siap membantu siswa apabila ada kemacetan proses pembelajaran atau melantur tanpa arah. Laboratorium (lab) sebagai salah satu sarana sumber belajar merupakan salah satu alternatif proses pembelajaran Fisika dengan basis lab yang dapat menerjemahkan konsep-konsep abstrak ke dalam bentuk konkrit, mengapresiasikan permasalahan sehari-hari dalam masyarakat, teknologi dan lingkungan sekitar serta memecahkannya secara berpikir sistematis, analitis dan alternatif. Pada dasarnya mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diharapkan sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. Tujuan pembelajaran mata pelajaran Fisika SMA yang dicanangkan Depdiknas adalah agar siswa menguasai konsep dan prinsip Fisika untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Wawasan SETS (Science, Environment, Technology, Society) yang diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran Fisika diyakini dapat dapat membawa sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya guna meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa harus membahayakan lingkungannya. Pembelajaran berwawasan SETS menurut Binadja pendekatan yang paling dianjurkan adalah pendekatan SETS itu sendiri. Karakteristik pendekatan SETS dalam proses pembelajaran Fisika dapat disebutkan beberapa diantaranya sebagai berikut : (1) bertujuan memberi pembelajaran Fisika secara kontekstual, (2) siswa dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep Fisika ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat, (3) siswa diminta berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan konsep Fisika ke bentuk teknologi, (4) siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur konsep Fisika yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut., (5) siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan konsep Fisika bila diubah dalam bentuk teknologi yang relevan, (6) siswa diajak membahas tentang SETS dari berbagai arah dan dari berbagai titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa bersangkutan.
Pendekatan SETS dalam pembelajaran Fisika dapat diterapkan pada semua konsep-konsep Fisika kecuali ada keterbatasan pada konsep Fisika teori yang memerlukan kecepatan mendekati kecepatan cahaya untuk mempraktekkannya pada teknologi, misalnya pada konsep relativitas. SMU Negeri 1 Rembang-Purbalingga, memiliki laboratorium relatif lengkap meliputi laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi dalam ruang yang terpisah. Proses pembelajaran Fisika di SMU Negeri 1 Rembang-Purbalingga dilakukan dengan pendekatan SETS, hal itu diperlukan untuk mendapatkan pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih baik Pendekatan SETS yang dilakukan merupakan salah satu pendekatan pembelajaran konstruktivis.
Konstruktivisme merupakan cara belajar yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa tersebut dalam membentuk pengetahuannya. Pengetahuan tidak dapat begitu saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak harus pengalaman fisik, tetapi bisa diartikan juga pengalaman kognitif dan mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya (misconseptions), menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit diinterpretasikan sendiri oleh siswa.

Dalam proses konstruksi ini, diperlukan beberapa kemampuan:
1.   Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalamannya
2.   Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan
3.   Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain

Tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, tetapi proses yang berkembang terus menerus. Beberapa faktor seperti keterbatasan pengalaman kontruksi, struktur kognitif, dapat membatasi pembentukan pengetahuan orang.sebaliknya, situasi konflik atau anomali, akan megembangkan pengetahuan seseorang.
Selama dua puluh tahun terakhir ini, konstruktivisme telah banyak dipakai di Amerika, Eropa dan Australia. Prinsip-prinsipnya adalah:
1.   pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial
2.   pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar
3. siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap sesuai dengan konsep ilmiah.
4.   guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
Prinsip konstruktivisme sangat berbeda dan bahkan bertentangan dengan teori belajar behaviorisme (pelajar dipandang sebagai pasif, butuh motivasi luar, dan dipengaruhi reinforcement / penguatan) dan maturasionisme (pengetahuan tergantung pada tingkat biologis seseorang, umur menjadi norma yang penting bagi perkembangan pengetahuan seseorang)
Dalam bukunya, cooperative learning in the science classroom, Linda Lundgren menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1.         Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ‘tenggelam atau berenang bersama’.
2.         Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.         Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4.         Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5.         Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.         Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7.         Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut buku Kurikulum Berbasis Kompetensi pedoman pembelajaran ilmu pengetahuan alam atau sains dapat diintisarikan sebagai berikut.
1.      Belajar sains membantu siswa untuk memahami diri, lingkungan, dan alam, serta mendemonstrasikan pemahamannya ketika menyelesaikan masalah. Belajar sains tidak sekedar mempelajari informasi sains berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’ (declarative knowledge), akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi, cara dan teknologi (terapan sains), bekerja dalam wujud ‘pengetahuan prosedural’ (procedural knowledge), termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan menerapkan metode dan sikap ilmiah.
2.      Belajar sains memfokuskan kegiatan pada penemuan informasi melalui pengalaman sendiri yang rentang kegiatannya meliputi; mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengelompokkan, merencanakan percobaan, mengendalikan variabel, mengumpulkan dan menata data yang dikehendaki, memecahkan masalah, dan memperjelas pemahaman.
3.      Belajar sains memberi kesempatan siswa mengembangkan keterampilan dan pemahaman secara kontekstual dan bermakna. Belajar sains membiasakan sejumlah sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, jujur, bersungguh-sungguh, mau bekerja sama, terbuka dan luwes, tekun dan peduli lingkungan.
4.      Belajar sains adalah mengembangkan sejumlah kompetensi adaptif yang sesuai dengan perubahan kondisi saat ini menuju kondisi masa depan, meliputi kemampuan merencanakan dan melaksanakan percobaan, kemampuan memilah, memilih, dan menata informasi, kemampuan menyimpulkan, dan kemampuan mengkomunikasikan serta menyempurnakan temuan.
5.      Belajar sains lebih bermakna dengan pengaitan sains dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat beserta segala aspeknya, dengan memperhatikan keseimbangan bahasan tentang unsur-unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara berkaitan dan menyatu. Belajar sains memberi peluang terhadap pemikiran lebih mendalam tentang keterkaitan timbal balik antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (salingtemas). Belajar sains mengkondisikan siswa agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi, disertai pemikiran munculnya dampak positif dan negatif yang mungkin timbul dari produk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat, serta isu-isu yang timbul di masyarakat sesudahnya untuk mengkaji kembali sains dan produk teknologi.
6.      Belajar sains sebagai upaya membangun pemahaman dengan mempertimbangkan pengalaman dan pikiran yang sudah dimiliki siswa yang cenderung naif dan miskonsepsi.
7.      Belajar sains adalah perubahan pembelajaran model ‘indoktrinasi’ menjadi pembelajaran model ‘pemberdayaan’ atau minimal model ‘pengkondisian’. Belajar sains adalah perubahan pembelajaran dengan fokus ‘guru mengajar’ menjadi pembelajaran dengan fokus ‘siswa belajar’.
8.      Belajar sains bukan hanya ditujukan untuk anak pandai melainkan untuk semua siswa dengan beragam kemampuan.
9.      Belajar sains adalah membantu siswa dalam mengembangkan sejumlah keterampilan ilmiah untuk memahami perilaku/gejala alam, meliputi keterampilan mengamati dengan semua indera, menggunakan alat dan bahan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan temuan dengan bahasa yang sesuai untuk keperluan itu.
10.  Belajar sains adalah mengajak siswa memikirkan berbagai sumber sains serta mengambil manfaat darinya.
11.  Belajar sains bukan ditentukan oleh didaktik metodik ‘apa yang akan dipelajari’ saja, melainkan pada bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa, berdasarkan pada pemikiran ‘mengapa’ dan untuk apa siswa perlu mempelajari sesuatu tersebut.
12.  Belajar sains adalah memberdayakan siswa agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do), mampu memahami pengetahuannya berkaitan dengan dunia di sekitarnya (learning to know), dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri sekaligus membangun jati diri (learning to be), dan memberi kesempatan berinteraksi dengan berbagai kelompok individu yang bervariasi yang akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sifat-sifat positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan masing-masing individu (learning to live together).
13.  Belajar sains adalah untuk memelihara keingintahuan anak, memotivasinya sehingga mendorong siswa untuk mengajukan keragaman pertanyaan seperti ‘apa, mengapa, dan bagaimana’ terhadap obyek dan peristiwa yang ada di alam, yang dapat ditingkatkan menjadi pertanyaan yang menanyakan hubungan ‘bagaimana jika ….’, sehingga sebagai hasil eksplorasi terhadap lingkungan, siswa diharapkan membentuk dirinya dengan sikap seorang ilmuwan cilik. Belajar sains memberi kesempatan siswa sebagai ‘young scientist’ (peneliti muda) yang mempunyai rasa keingintahuan (curiousity) yang tinggi, yang mampu mengajukan pertanyaan, menduga jawabannya, merancang penyelidikan, melakukan percobaan, mengelola dan mengolah data, mengevaluasi hasil, dan mengkomunikasikan temuannya kepada beragam orang dengan berbagai cara yang dapat memberi pemahaman yang baik.
14.  Belajar sains melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini siswa sebelumnya dengan suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik, melalui proses eksplorasi untuk menguji serta menguji gagasan-gagasan baru, dengan melibatkan beragam sikap ilmiah seperti, menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, kreatif, dan berpikir lateral (berpikir yang tak lazim, di luar kebiasaan, atau yang mungkin dianggap aneh).
15.  Belajar sains adalah memulai pelajaran dari ‘apa yang diketahui siswa’, tidak dapat mengindoktrinasi gagasan saintifik supaya siswa mau mengganti dan memodifikasi gagasannya yang non-saintifik menjadigagasan/pengetahuan saintifik, karena arsitek peubah gagasan siswa adalah siswa itu sendiri.
16.  Belajar sains adalah menyediakan ‘kondisi’ supaya proses belajar untuk memperoleh konsep yang benar dapat berlangsung dengan baik, dengan kondisi belajar antara lain : diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua siswa mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan penelitian sederhana, demonstrasi, dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang siswa untuk mempertanyakan, memodifikasi, dan mempertajam gagasannya.
17.  Belajar sains adalah melatih siswa sejak dini untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya agar memiliki kemampuan-kemampuan yang bermanfaat bagi kehidupan kelak khususnya setelah dewasa, meliputi : mengidentifikasi dan mengenali masalah; merencanakan penyelidikan; memilih teknik, alat dan bahan; mengorganisasi dan melaksanakan penyelidikan secara sistematik; menginterpretasikan data pengamatan; mengevaluasi prosedur kerja dan menyarankan perbaikan.
18.  Belajar sains adalah berubahnya pola pembelajaran yang diawali dengan Penjelasan Uraian Materi (U) – dilanjutkan Contoh Soal ( C ) — dan Latihan Aneka Masalah (L) menjadi diawali dengan Latihan dengan Masalah (L) – dilanjutkan Penjelasan Materi (U) – dan Contoh Soal ( C ).
19.  Belajar sains adalah menyediakan kegiatan pembelajaran yang bermuatan nilai, dengan menumbuhkan sikap ilmiah antara lain sikap ingin tahu, jujur, tekun, terbuka terhadap gagasan baru, tidak percaya tahayul, sulit menerima pendapat yang tanpa disertai bukti, kebiasaan merenung secara kritis, peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan.















BAB III
METODE DEMONSTRASI

A. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode  Demonstrasi  ialah  metode  mengajar  dengan  menggunakan  peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.  Metode  Demonstrasi  cukup  baik  apabila  digunakan  dalam  penyampaian  bahan  pelajaran  sains dan teknologi, misalnya : bagaimana cara kerja suatu mesin cuci atau apa yang terjadi jika suatu balon berisi air bakar dengan api dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi :
1.      Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di demonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2.      Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
3.      Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4.      Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis tetapi dapat membangkitkan minat siswa.
5.      Guru   harus   dapat   memperagakan   demonstrasi   dengan   sebaik-baiknya,   karena   itu   guru   perlu mengulang-ulang  peragaan  di  rumah  dan  memeriksa  semua  alat  yang  akan  dipakai  sebelumnya sehingga sewaktu mendemonstrasikan di depan kelas semuanya berjalan dengan baik.

B. Kelebihan metode demonstrasi adalah:
1.  Perhatian  anak  didik  dapat  dipusatkan,  dan  titik  berat  yang  di  anggap  penting  oleh  guru  dapat  di amati.
2.  Perhatian  anak  didik  akan  lebih  terpusat  pada  apa  yang  didemonstrasikan,  jadi  proses  anak  didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
3.  Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.
4.  Dapat menambah pengalaman anak didik.
5.  Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan.
6.  Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran lebih jelas dan kongkrit.
7.    Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung.

C. Kelemahan metode demonstrasi adalah:
1.    Memerlukan waktu yang cukup banyak
2.    Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
3.    Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
4.    Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
5.    Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

D. Langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :
1.  Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.
2.  Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.
3.  Memperhitungkan waktu yang di butuhkan.
4.  Selama demonstrasi berlangsung guru harus intropeksi diri apakah :
    Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
    Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
    Siswa membuat catatan-catatan yang dianggap perlu
6.      Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik

Pelaksanaan
Hal-hal yang dilakukan adalah :
1.  Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2.    Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3.    Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4.    Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5.    Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6.    Menghindari ketegangan
7.  Evaluasi  :  dapat  berupa  pemberian  tugas,  seperti  membuat  laporan,  menjawab  pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.
























BAB IV
METODE PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN RESITASI

 Metode ini mengandung tiga unsur ialah:
1.      Pemberian tugas.
2.      Belajar.
3.      Resitasi.
Tugas, merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru membebankan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan "home work" (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratorium, atau ditempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas daripada home-work. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan ialah:
1.      Mempunyai unsur tugas.
2.      Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya.
3.      Mempunyai unsur didaktis pedagogis.

Tujuan pemberian tugas :
Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga bermaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler, maupun ekstra kurikuler.

Penggunaan metode resitasi :
Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan:
Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima.
Melatih siswa ke arah belajar mandiri.
Siswa dapat membagi waktu secara teratur.
Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.
Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.

Kelebihan dan kelemahan :
a.      Kelebihan :
1.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak.
2.      Memupuk rasa tanggung jawab.
3.      Memperkuat motivasi belajar.
4.      Menjalin hubungan antara sekolah dengan keluarga.
5.      Mengembangkan keberanian berinisiatif.

b.      Kelemahan :
1.      Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua.
2.      Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain.
3.      Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman.
4.      Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur.
5.      Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.





BAB V
PENERAPAN PENDEKATAN SETS, METODE DEMONSTRASI, PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN RESITASI DALAM MATA PELAJARAN FISIKA

Pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA  di  Indonesia.  Fisika  merupakan  bagian  dari  sains  yang  mempelajari  fenomena  dan  gejala  alam secara  empiris,  logis,  sistematis  dan  rasional  yang  melibatkan  proses  dan  sikap  ilmiah.  Ketika  belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum- hukum  fisika.  Siswa  juga  akan  diajarkan  untuk  bereksperimen  di  dalam  laboratorium  atau  di  luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok bahasan dalam fisika. Hal yang juga dikembangkan  selama  berlangsungnya  proses  belajar  mengajar  fisika  adalah  sikap  ilmiah seperti  jujur, obyektif,  rasional,  skeptis,  kritis,  dan  sebagainya.
Pada kenyataannya siwa kurang menyukai pelajaran fisika. Hal ini dapat  berdampak  pula  pada  sikap  siswa  terhadap  guru  fisikanya. Tidak  sedikit  guru  fisika  yang  kurang  mendapat  simpati  dari  para  muridnya  karena  ketidakberhasilan siswa  dalam  belajar  fisika.  Nilai  yang  buruk  dalam  tes  formatif dan  sumatif fisika  menempatkan guru sebagai  penyebab  kegagalan  di  mata  siswa  dan  orang  tua.  Sikap  siswa  akan  sangat  berbeda  pada  guru kesenian atau olah raga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa.
Untuk itu, guru perlu menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang efektif,  yaitu  menyenangkan  dan  bermakna,  sehingga  ketidaksukaan  siswa  pada  mata  pelajaran  fisika dapat  direduksi  perlahan-lahan.  Salah  satu  pendekatan dan metode  yang  diangkat  dalam  makalah  ini  adalah  pendekatan SETS, metode demonstrasi serta metode pemberian tugas dan resitasi, yang  akan  diterapkan  pada  pembelajaran  di  kelas  X IPA SMA untuk  mata  pelajaran yang  membahas  materi Gelombang Elektromagnetik.
Dari berbagai macam metode mengajar yang ada, perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai  karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Keberhasilan pendekatan dan metode ini akan diukur melalui respon atau tanggapan siswa setelah metode ini diterapkan. Juga akan dianalisis bagaimana kekurangan dan kelebihan metode ini ketika diterapkan sehingga pendekatan dan metode ini akan semakin baik ketika diterapkan kembali meskipun untuk pokok bahasan yang lain.

A. Pendekatan SETS
Tujuan Pendidikan SETS adalah untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan serta masyarakat. Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
Pada salah satu materi pelajaran fisika yaitu gelombang, pendekatan SETS dapat diterapkan. Guru diharapkan memulai pembelajaran dengan membangun konstruksi awal siswa terhadap pokok bahasan. Guru diharapkan memulai pembelajaran dengan memberikan contoh nyata penerapan materi gelombang dalam kehidupan sehari-hari, tidak dengan langsung masuk kepada materi pelajaran. Setelah materi dijelaskan kepada siswa, guru dapat menyampaikan manfaat materi gelombang tersebut yang berkaitan dengan teknolgi, lingkungan serta masyarakat. Tidak lupa pula dijelaskan sisi positif maupun negatif yang dapat timbul akibat gelombang tersebut. Diharapkan siswa dapat membangun secara utuh konstruksi ilmu pengetahuan mereka tentang gelombang.
Contohnya dalam pembelajaran yaitu guru dapat menyampaikan aplikasi gelombang pada kehidupan sehari-hari antara lain sinar X dan gelombang radio TV. Seperti yang telah diketahui, sinar X digunakan untuk rontgen. Sinar X bermanfaat untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh manusia, akan tetapi sinar X juga berbahaya apabila terpapar secara terus-menerus. Hal inilah yang dimaksudkan dalam pendekatan SETS. Guru diharapkan mampu menyampaikan materi gelombang dan implikasinya dalam kehidupan dengan mengaitkan ilmu tersebut dalam berbagai bidang seperti dari sisi teknologi, lingkungan dan masyarakat. Begitu juga halnya dengan implikasi gelombang radio dan TV. Guru hendaknya mampu memberi motivasi pada siswa untuk memanfaatkan gelombang untuk kegiatan yang lebih positif.

B. Metode demostrasi
Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru, orang luar, manusia sumber yang sengaja diminta atau siswa menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana cara membuat peta timbul, bagaimana cara menggunakan kamera dengan hasil yang baik, dan sebagainya.
Di dalam proses pembelajaran, metode demonstrasi dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Fisika, sebagai salah satu pelajaran yang berhubungan langsung dengan alam, dapat disampaikan dengan metode demosntrasi, di mana banyak benda-benda sederhana yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk demosntrasi.
Metode  pembelajaran  demonstrasi  ini  dapat  diterapkan  untuk  mata  pelajaran Fisika kelas X Fisika yaitu pada  materi  pelajaran  Gelombang  Elektromagnetik. Untuk keperluan ini, maka alat yang diperlukan adalah jump rope (tali skipping) dan sejenis alat mainan anak-anak.

Langkah-langkah demonstrasi yang dilakukan adalah :
1.      Guru mempersiapkan alat dan bahan yang berkaitan dengan materi yaitu tali skipping dan mainan anak-anak berupa gulungan.
2.      Guru memanggil salah satu siswa untuk membantu demonstrasi di depan kelas.
3.      Guru dan siswa memperagakan jenis-jenis gelombang dengan mempergunakan alat yang tersedia.
4.      Ketika peragaan berlangsung maka guru dapat sekaligus meerangkan materi.

Hasil yang diamati setelah melakukan demonstrasi ini :
Siswa selama proses berlangsung aktif dalam menyimak, setelah demostrasi diharapkan siswa mengerti terhadap materi yang dijelaskan. Guru dapat melakukan evaluasi berupa tanya jawab kepada beberapa siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang didemonstrasikan.


C. Metode pemberian tugas dan resitasi
Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru membebankan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut.
Metode  pembelajaran pemberian tugas dan resitasi ini  dapat  diterapkan  untuk  mata  pelajaran Fisika kelas X Fisika yaitu pada  materi  pelajaran  Gelombang  Elektromagnetik. Untuk keperluan ini, maka alat yang diperlukan adalah

Langkah-langkah metode pemberian tugas dan resitasi yang dilakukan adalah :
Pemberian tugas dan resitasi oleh guru dapat dilakukan sebelum atau sesudah materi dijelaskan. Pemberian tugas dan resitasi harus memperhatikan beberapa aspek yaitu jangka waktu pengerjaan tugas, tingkat kesulitan pengerjaan dan hubungannya dengan materi yang bersangkutan.
Berikut ini merupakan contoh pemberian tugas dan resitasi pada materi Gelombang elektromagnetik:       
Carilah informasi dalam buku referensi, eksiklopedia, atau internet tentang salah satu alat yang menggunakan prinsip gelombang elektromagnetik. Dari informasi yang berhasil Anda kumpulkan tersebut, buatlah tulisan dengan judul “Aplikasi Alat Berprinsip Gelombang Elektromagnetik” secara berkelompok. Tulisan Anda akan dipresentasikan di depan kelas.
   
Hasil yang diamati setelah melakukan metode pemberian tugas dan resitasi ini :
            Setelah pemberian tugas maka guru dapat menilai pemahaman siswa terhadap kegunaan prinsip elektromagnetik. Pemahaman siswa dapat dilihat dari isi tulisan dan penyampaian.  




BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah ini antara lain adalah :
1.      Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap masyarakat dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahirkan konsep-konsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
2.      Wawasan SETS (Science, Environment, Technology, Society) yang diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran Fisika diyakini dapat dapat membawa sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya guna meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa harus membahayakan lingkungannya.
3.      Metode  Demonstrasi  ialah  metode  mengajar  dengan  menggunakan  peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa. Dalam prakteknya demonstrasi dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.  Metode  Demonstrasi  cukup  baik  apabila  digunakan  dalam  penyampaian  bahan  pelajaran  sains dan teknologi salah satunya pelajaran fisika.
4.      Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Resitasi adalah melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari.






DAFTAR PUTAKA


Binadja. 2002. Program Studi Pendidikan IPA (bervisi SETS) Pemikiran dalam SETS (Science, Enviroment, Technology, Society). Semarang: PPS Unnes Press.

http://deceng.wordpress.com/2007/11/21/pelajaran-sains-di-sekolah-2/
Irawati. 2003. Menerapkan pendekatan “SETS” (Science, Enviroment, Technology, Society) Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar Biologi Kajian Kelangsungan Hidup Organisme (Skripsi). Semarang: Unnes.

Nurfitria L. 2006. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Konsep Lingkungan Melalui Pendekatan SETS Dengan Model PBI di SMA 1 Masehi Semarang (Skripsi). Semarang: Unnes.





1 komentar:

  1. selamat malam, untuk buku dari Binandja bisa diperoleh dimana ya?

    BalasHapus