Pemantulan
pada Cermin Datar, Cermin Cekung dan Cermin Cembung
Ketika
memandang suatu benda, cahaya dan benda itu merambat langsung ke mata. Karena
itu makhluk hidup dapat melihat benda tersebut. Tetapi hanya sebagian benda
yang memancarkan cahaya sendiri seperti matahari, lampu, dan nyala api.
Sebagian besar benda-benda yang terlihat tidak dapat memancarkan cahaya sendiri
seperti bulan, manusia, kertas, dan meja. Benda yang tidak memancarkan cahaya
memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke mata.
Dengan
demikian, apa yang terlihat, secara fundamental akan tergantung pada sifat
cahaya. Optika geometris adalah cabang ilmu pengetahuan tentang cahaya yang
mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya seperti pemantulan, pembiasan, serta
prinsip jalannya sinar-sinar.
1.
Pemantulan Cahaya
1.1.
Berkas Cahaya
Cahaya
biasanya tampak sebagai sekelompok sinar-sinar cahaya atau disebut juga berkas cahaya.
Perhatikanlah cahaya matahari yang masuk melalui celah kecil ke dalam ruangan
gelap, atau jalannya sinar dan proyektor di bioskop, atau lampu sorot di
panggung pertunjukan. Akan terlihat bahwa dalam zat antara yang serba sama,
cahaya merambat menurut garis lurus berupa sinar cahaya. Gambar 1.1 memperlihatkan tiga jenis berkas cahaya, yakni
sejajar (paralel), menyebar (divergen), dan mengumpul (konvergen).
(
a ) (
b ) (
c )
Gambar 1.1
( a ) berkas sinar sejajar, ( b )
berkas sinar menyebar, ( c ) berkas
sinar mengumpul (Supardiono,
2004: 20-25).
1.2.
Jenis-jenis Pemantulan
Cahaya
Jika
sinar cahaya jatuh pada permukaan benda lalu dibalikkan kembali, kita sebut
sinar itu dipantulkan. Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan baur
dan pemantulan teratur. Pemantulan Baur Jika suatu berkas cahaya sejajar datang
pada permukaan yang kasar (tidak rata), berkas cahaya tersebut akan dipantulkan
ke berbagai arah yang tidak tertentu (Gambar 1.2). Pemantulan ini disebut
pemantulan baur (difus). Pemantulan baur sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Jika tidak ada pemantulan baur, tempat-tempat yang
terhalang dari cahaya matahari akan tampak gelap gulita.
Gambar 1.2 pemantulan
baur ( difus ).
Jika
suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang rata seperti permukaan
cermin datar atau permukaan air yang tenang, maka pemantulannya teratur (Gambar
1.3). Pemantulan ini disebut pemantulan teratur.
Gambar 1.3 pemantulan
teratur
Hukum
Pemantulan
Dalam
membicarakan hukum pemantulan digunakan beberapa pengertian sebagai berikut:
a.
sinar datang ialah
sinar yang datang lurus pada
permukaan
benda.
b.
sinar pantul ialah
sinar yang dipantulkan oleh
permukaan
benda,
c.
garis normal ialah
garis yang dibuat tegak lurus
pada
permukaan benda,
d.
sudut datang ialah
sudut antara sinar datang dan
garis
normal,
e.
sudut pantul ialah
sudut antara sinar pantul dan
garis
normal
Gambar
1.4 penjelasan hukum pemantulan.
Hukum
pemantulan
1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal
berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).
Secara sistematis dituliskan bahwa
i
= r ............................ (1.1)
keterangan,
i = sudut datang
r = sudut pantul
1.3.
Sifat-sifat Bayangan pada Cermin Datar
terdapat
5 sifat yang penting dari bayangan cermin datar, yaitu:
a.
bayangan cermin sama
besar dengan benda yang berada di depan cermin,
b.
bayangan cermin itu
tegak, artinya posisi tegaknya sama dengan posisi tegaknya benda,
c.
jarak bayangan ke
cermin sama jauhnya dengan jarak benda ke cermin,
d.
bayangan cermin
tertukar sisinya, bagian kanan benda menjadi bagian kiri bayangan,
e.
bayangan cermin
merupakan bayangan semu (maya), artinya tidak dapat ditangkap dengan layar.
1.4.
Melukis Pembentukan
Bayangan pada Cermin Datar
Untuk
melukis pembentukan bayangan pada cermin datar, dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
(1)
lukis sinar pertama yang datang dari benda menuju ke cermin dan lukis sinar pantulnya
ke mata sesuai dengan hukum pemantulan, yaitu sudut datang = sudut pantul,
(2)
lukis sinar kedua seperti halnya pada butir (1) di atas,
(3)
perpanjang sinar pantul pertama dan sinar pantul kedua sehingga berpotongan di belakang
cermin; perpotongan inilah yang merupakan letak bayangan.
Gambar
1.5 ( a ) dan ( b ) lukisan pembentukan bayangan pada cermin datar
1.5.
Jumlah Bayangan yang Dibentuk oleh Dua Buah
Cermin Datar
Pada
Gambar 1.6 bayangan yang terjadi dan benda O dilukiskan dengan menggunakan prinsip
hukum pemantulan. Sinar-sinar yang digambarkan diberi simbol dengan satu tanda panah
(->) dan terbentuk 3 buah bayangan.
Gambar
1.6 Bayangan yang dibentuk oleh dua cermin datar dilukiskan dengan bantuan
Iingkaran
berpusat di P untuk sudut 90º.
Melukis
bayangan dapat dilakukan secara lebih sederhana dengan menggunakan metode
Iingkaran.
Berikut ini akan kita tentukan jumlah bayangan yang dibentuk oleh dua buah
cermin
yang
membentuk sudut 90°.
Dua
buah cermin membentuk sudut 90° (Gambar 1.6 )
a. Gambarkan lingkaran dengan pusat di titik P
(perpotongan kedua cermin) dan jari-jari PO.
b. Tarik
garis dari O tegak lurus pada cermin M1 hingga memotong lingkaran di titik
I1.I1 adalah bayangan benda O oleh cermin M1.
c. Tarik
garis dari I1 tegak lurus pada cermin M2 hingga memotong lingkaran di titik I12.I12
adalah bayangan I1 oleh cermin M2. Karena I12 terletak di dalam juring RPQ,
tidak mungkin lagi dibentuk bayangan dan I12
d. Tarik
garis dari O tegak lurus pada cermin M2 hingga memotong lingkaran di titik
I2.I2 adalah bayangan benda O oleh cermin M2
e. Tarik
garis dari I2 tegak lurus pada cermin M1 hingga memotong lingkaran dan ternyata
di titik I12.I12 adalah bayangan I2 oleh
cermin M1. Karena I12 terletak di juring RPQ, maka tidak mungkin lagi dibentuk
bayangan dari I12
f. Ternyata
dua buah cermin yang membentuk sudut 90° menghasilkan tiga buah bayangan.
Apabila
sudut apit dua buah cermin datar besarnya diubah-ubah, maka secara empiris
jumlah
bayangan
yang dihasilkan memenuhi hubungan
n
= - 1.............................(1.2)
keterangan,
n = banyaknya bayangan yang di hasilkan
α = sudut yang dibentuk oleh kedua cermin
(http://atophysics.wordpress.com)
A.
CERMIN LENGKUNG
Bagian-Bagian Cermin Lengkung dan Penomoran Ruang
Cermin
cekung
|
(a)
Cermin cembung
|
(b)
Gambar 1.7 Bagian-bagian cermin lengkung dan penomoran ruang
cermin lengkung (a) cermin cekung, (b) cermin cembung.
Konvensi
Tanda Cermin Lengkung
1. Jarak fokus (f) dan jari-jari
kelengkungan cermin (R) bertanda positif (+), jika titik fokus (F) dan titik
pusat kelengkungan cermin (C) berada di depan cermin pada cermin cekung dan
bertanda negatif (-) jika di belakang
cermin pada cermin cembung.
2. Jarak benda (s) bertanda positif (+), jika benda terletak di
depan cermin (benda nyata)
3. Jarak benda (s) bertanda negatif
(-), jika benda terletak di belakang cermin (benda maya).
4. Jarak bayangan (s) bertanda positif
(+), jika bayangan terletak di depan cermin (bayangan nyata).
5. Jarak bayangan (s) bertanda negatif
(-), jika bayangan terletak di belakang cermin (bayangan maya) (Rahman Karim, 2003: 7-10).
Jadi dengan kata lain,
jarak fokus, jarak benda, jarak bayangan akan bertanda (+) jika sepihak dengan
sinar datang, dan akan bertanda (-) jika berlainan pihak dengan sinar datang.
Pembentukan
Bayangan oleh Cermin Lengkung
Cermin cekung
Untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan pada
cermin cekung dapat menggunakan bantuan sinar-sinar istimewa, dengan demikian
lukisan bayangan akan dapat dilukis dengan mudah karena sinar-sinar tersebut
mudah diingat ketentuannya tanpa harus mengukur sudut datang dan sudut bias.
Sinar-sinaar istimewa ini pun tetap berdasarkan hukum pemantulan cahaya. Untuk
menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan pada cermin sferik kita dapat
menggunakan bantuan sinar-sinar istimewa, dengan demikian lukisan bayangan akan
dapat kita lukis dengan mudah.
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai
berikut:
a. Sinar yang datang sejajar sumbu utama
dipantulkan melalui titik fokus (f).
b. Sinar yang datang melalui titik
fokus (f) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar yang datang melalui pusat
kelengkungan ( p ) akan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan
tersebut.
Gambar 1. 8 tiga buah sinar
istimewa pada cermin cekung.
Contoh melukis bayangan pada cermin cekung.
Bila
benda berada di ruang I, bayangan yang terbentuk merupakan perpotongan dari
perpanjangan sinar-sinar pantul, sehingga bayangan berada di belakang cermin.
|
Gambar
1.9 lukisan pembentukan bayangan dengan benda (a) di ruang III, (b) di ruang
II, (c) di ruang I.
Dari
contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa antara ruang tempat benda berada
dan tempat bayangan berada bila dijumlah hasilnya adalah 5. Kecuali benda yang
berada di titik-titik khusus. Dengan demikian berlaku:
Rbenda + Rbayangan =
5....................... (1.3)
(Pristiadi Utomo. :15-18)
Cermin Cembung
Sama halnya dengan cermin cekung,
pada cermin cembung juga mempunyai tiga macam sinar istimewa. Karena jarak
fokus dan pusat kelengkungan cermin cembung berada di belakang cermin maka
ketiga sinar istimewa pada cermin cembung tersebut adalah :
a.
Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus (f).
b.
Sinar yang datang seolah-olah menuju titik fokus (f) akan dipantulkan
sejajar sumbu utama.
c.
Sinar-sinar yang menuju titik pusat kelengkungan (P) akan
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat kelengkungan tersebut.
Gambar 1.10 Tiga buah sinar istimewa pada cermin cembung.
Contoh
melukis bayangan pada cermin cembung
Seperti halnya pada cermin cekung, melukis bayangan pada
cermin cembung juga diperlukan minimal dua sinar istimewa. Karena depan cermin
adalah ruang IV maka berapapun jarak benda nyata dari cermin tetap berada di
ruang IV .
.
gambar 1.11 lukisan bayangan pada cermin cembung
Dengan
demikian bayangan yang terbentuk berada di ruang I cermin cembung dan bersifat
maya, diperkecil. Itulah sebabnya bayangan yang terlihat di dalam kaca spion
dari benda-benda nyata di depan kaca spion tampak mengecil dan spion mampu
mengamati ruang yang lebih luas.
Rumus-Rumus
Cermin Lengkung
Disamping cara lukisan seperti pada
gambar diatas maka letak, ukuran, dan sifat-sifat bayangan dapat pula
ditentukan dengan menggunakan perhitungan-perhitungan.
Gambar 1.12 peragaan prinsip kesebangunan
untuk menurunkan rumus umum cermin.
Untuk menurunkan
suatu persamaan matematis yang menggambarkan lokasi sebuah bayangan,
kita perlu
memperhatikan Gambar 1.12. Bagian (a) dari gambar menunjukkan
suatu sinar dan
puncak benda
yang akan dipantulkan melalui puncak bayangan dengan sudut datang yang sama
dengan sudut pantul. Karenanya kita dapat melihat 2 buah segitiga yang sebangun
sehingga berlaku
Pada bagian (b)
ditunjukkan sinar yang datang dan benda melalui titik fokus F yang dipantulkan
sejajar dengan
sumbu utama melalui bayangan sehingga pada titik F tampak dua buah sudut
yang sama karena
bertolak belakang. Dengan demikian kita dapat melihat segitiga yang melalui
benda dengan
segitiga yang melalui cermin adalah sebangun. Bagian cermin bisa dianggap lurus
untuk sinar-sinar yang tidak jauh dari sumbu utama. Dari prinsip kesebangunan
diperoleh
Kemudian kedua ruas di
bagi “s”, maka di peroleh,
Sehingga,
Atau,
(http://atophysics.wordpress.com)
Untuk menentukan ukuran bayangan
digunakan rumus:
M = .............................(1.6)
Dimana:
M = perbesaran bayangan
h’ = tinggi bayangan
h = tinggi benda
jika
M bernilai positif (+) maka sifat bayangan tegak dan jika M bernilai negative
(-) maka sifat bayangan terbalik. Dan jika dalam perhitungan ternyata diperoleh
M>1 artinya bayangan yang dibentuk lebih besar dari pada bendanya, jika M =1
maka bayangan sama besar dengan bendanya sedangkan jika 0<M<1 maka
bayangan yang dibentuk akan lebih kecil dari bendanya (Sears. Zemansky, 1987:
933-937).
Contoh soal 1
Contoh 2
Contoh 3
Perbesaran
bayangannya dapat di hitung dengan menggunakan persamaan (1.6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar